Schindler’s List

image

Bisa dikatakan film Schindler’s List ini adalah gerbang menuju dunia perfileman yang lebih dalam bagi saya, meskipun tidak dalam-dalam amat. Film ini adalah film hitam putih pertama saya. Bayangkan belum sekalipun nonton film hitam putih, sekalinya nonton durasinya tidak main-main, tiga jam lima belas menit. Membayangkan saja sebenarnya tidak sanggup. Bukan hanya jadi film hitam putih pertama saya, Schindler’s List ini juga juga film berbobot pertama saya. Maklum dari dulu saya bukanlah movie enthusiast. Film bagi saya adalah sebuah hiburan, jadinya kebanyakan film yang saya tonton seperti Spiderman, Transformer sampai American Pie.

Berhubung di dalam darah saya mengalir darah “hipster” (meski bukan hipster sebenarnya) akhirnya saya mencari resensi film yang bisa dikatakan non mainstream (meski bukan non mainstream-mainstream amat), berbobot, memerlukan daya pikir dan mengandung nilai sejarah. Ndilalah kok nemu film Schindler’s List ini. Mungkin cukup segini saja prolognya, selanjutnya mari kita masuk ke sinopsis film dan review dari saya. Oh ya, film ini juga jadi film yang pertama saya review sekaligus buat belajar nulis review film, biar keren seperti kritikus film.

Sinopsis :
Berlatar perang dunia ke II dimana  tentara Jerman melakukan invasi ke Polandia (film ini juga erat kaitanya dengan film Katyn dan The Pianist), seorang pengusaha parlente asal Chekoslovakia bernama Oscar Schindler, berniat mendirikan sebuah pabrik dengan memanfaatkan kepanikan kaum Yahudi yang pada saat itu dikejar-kejar tentara Nazi untuk dikirim ke kamp konsentrasi guna mendapatkan tenaga kerja yang murah. Kedekatan dengan perwira Nazi mempermudah Oscar untuk mendapatkan keinginannya, disamping Oscar juga merupakan anggota partai Nazi.

Dengan bantuan akuntan keturunan Yahudi bernama Itzhak Stern, Oscar mendapat banyak uang sebagai modal dan tenaga kerja yang bisa ia manfaatkan untuk mengoprasikan pabriknya. Pada awalnya Oscar enggan mencampuri atau tidak tertarik apa yang dilakukan tentara Nazi terhadap kaum Yahudi. Tapi setelah melihat dengan mata kepala sendiri pembantaian di kamp kerja paksa Plaszow yang dipimpin perwira bernama Amon Goth, Oscar lantas meminta Itzhak untuk membuat daftar orang-orang yang ada di kamp tersebut untuk diselamatkan.

Setelah berbagai upaya dilakukan Oscar termasuk menyuap para perwira Nazi, Oscar yang dibantu oleh Itzhak berhasil membawa sekitar 1100 orang Yahudi ke negaranya Chekoslovakia.

Review :
Film tahun 1993 yang diadaptasi dari novel Schindler’s ark karya Thomas Keneally yang diterbitkan di Amerika Serikat kemudian diedarkan kembali di negara-negara persemakmuran dengan judul Schindler’s List dan diadaptasi oleh Steven Zaillian adalah sebuah mahakarya dari Steven Spielberg. Durasi yang mencapai 195 menit tidak sedikitpun membuat saya bosan. Keputusan Spielberg membuat film ini hitam putih adalah keputusan yang brilliant, menjadikan film ini semacam film dokumenter holocaust. Didukung teknik sinematografi yang sempurna berhasil membuat Schindler’s List terlihat real, kelam dan depresi. Sedepresi orang Yahudi pada saat itu. Lebih gilanya lagi Spielberg ternyata masih sanggup menyelipkan dramatisasi yang nyaris tidak terlihat tapi begitu efektif hingga membuat mata saya jadi berkaca-kaca.

Scorring music di akhir film juga berhasil membuat saya seperti ikut merasakan kesedihan dan penyesalan Oscar tidak bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa orang Yahudi. Dan ikut merasakan rasa terima kasih orang-orang Yahudi atas pengorbanan Oscar. Dari segi akting, Liam Neeson, Ralph Fiennes dan Ben Kingsley begitu sempurna membawakan peran masing-masing. Liam Neeson begitu kharismatik dan berwibawa memerankan Oscar Schindler. saya rasa pantas sebenarnya Liam mendapatkan penghargaan Oscar sebagai best actor, sampai-sampai jika orang bicara Oscar Schindler yang pertama terlintas adalah wajah Liam Neeson. Pun begitu dengan Ralph Fiennes yang bisa begitu keji menembak’i orang-orang Yahudi tanpa muka bersalah. Pantas jika Ralph dinominasikan sebagai best supporting actor meski gagal menang.

Secara keseluruhan dari cerita, plot, sinematografi, akting, suara, gambar, editing dan sebagainya bisa dikatakan perfect. Film ini sendiri mendapatkan 7 piala oscar dari 12 kategori yang dinominasikan termasuk best picture dan best director.

image

Scene memorable
Ketika Amon menyuruh tentara Nazi menembak kepala perempuan Yahudi yang merupakan mandor bangunan.
– Ketika Amon bangun tidur langsung ambil senapan kemudian menembak satu-satu orang Yahudi yang dirasa malas.
– Ketika Oscar mencium dua Yahudi ibu dan anaknya yang memberi kue ulang tahun yang disaksikan banyak perwira Nazi.
– Ketika Oscar “menyesali” tidak bisa menyelamatkan lebih banyak lagi orang Yahudi dengan cincin dan pin yang bisa digunakan untuk menyuap perwira Nazi.

Rotten Tomatoes :
Critic score : 97%
User score : 97%
AFI Top 100 : 8
IMDB Top 250 : 8

Tinggalkan komentar